Selamat datang di era new normal…
Dari yang aku baca, katanya pertimbangan diberlakukannya masa new normal ini untuk membangkitkan ekonomi kita yang terpuruk di masa pandemi Covid-19. Sayangnya, banyak dari kita yang justru jadi salah sangka. Dikira new normal artinya keadaan sudah seperti sedia kala. Padahal aslinya virus Covid-19 masih ada di sekitar kita. Malahan sekarang grafik penambahan kasusnya cenderung naik. Tiap harinya ada penambahan lebih dari 1000 kasus Covid-19 di Indonesia. Huhu T.T
Infografis Kasus Covid-19 di Indonesia. Gambar dari covid19.go.id |
Baca juga: Covid-19, Can We Panic Now?
Ada juga yang bilang, katanya kenapa penambahan kasus Covid-19 jadi banyak itu karena tes Covid juga dilakukan secara lebih masif dan masal. Bisa jadi sih, tapi tetap aja… sedih.
Ngomong-ngomong soal tes Covid… Bulan Mei lalu, ada kabar mengejutkan dari salah seorang kakak angkatanku di kampus (sebut saja mbak A). Dalam cuitannya di Twitter, mbak A bilang dia mengikuti rapid test Covid-19 yang ada di kantornya. Ternyata hasil rapid test mbak A ini reaktif dan mbak A harus dikarantina di rumah sakit.
Rapid test. Foto dari covid19.go.id |
Singkat cerita, selama di rumah sakit mbak A mengikuti pemeriksaan swab sebanyak 2 kali. Kedua tes tersebut hasilnya ternyata negatif Covid-19. Karena negatif, pada hari kelima karantina, mbak A pun sudah diperbolehkan pulang.
Ada lagi cerita lain seputar tes Covid. Sekitar 2 minggu yang lalu, rekan guru di sekolah heboh karena kabar salah satu bidan yang dinas di puskesmas kecamatan diketahui positif Covid-19.
Ceritanya, beberapa waktu sebelumnya di puskesmas diadakan rapid test masal, terutama bagi ke tenaga kesehatan di sana. Dari hasil rapid test, beberapa dinyatakan reaktif kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan swab. Ketika hasil swab keluar, ternyata 2 di antaranya positif, salah satunya adalah bu bidan. Kebetulan beberapa guru di sekolahku kenal baik dengan bu bidan ini. Jadi hebohlah di sekolah, karena nggak menyangka orang yang kita kenal bisa kena Covid-19 juga. Huhu.
Dari dua cerita di atas, kita bisa lihat ada pola yang sama tapi juga berbeda. Kesamaannya yaitu: ada 2 tes yang dijalani untuk mengecek seseorang terkena Covid-19 atau tidak, yaitu dengan rapid test dan pemeriksaan swab. Perbedaannya yaitu: di kasus pertama saat di-rapid test hasilnya reaktif tapi setelah di-swab ternyata negatif; sedangkan kasus kedua saat di-rapid tes hasilnya reaktif dan di-swab pun juga positif
Jadi, sebenarnya apa itu rapid test dan pemeriksaan swab?. Apa fungsinya?. Apa perbedaan keduanya?.
Kira-kira begini…
Rapid test
Rapid test bertujuan sebagai skrining atau penyaringan awal. Pemeriksaan rapid test menggunakan sampel darah. Pemeriksaan virus pada rapid test menggunakan IgG dan IgM yang ada di dalam darah. IgG dan IgM adalah sejenis antibodi yang terbentuk di tubuh saat mengalami infeksi virus. Jika terinfeksi virus, maka jumlah IgG dan IgM di tubuh akan bertambah.
Hasil rapid test dengan sampel darah tersebut, dapat memperlihatkan adanya IgG atau IgM yang terbentuk di tubuh. Jika ada, maka hasil rapid test dinyatakan reaktif ada infeksi. Kebalikannya, jika tidak ada maka hasil rapid test dinyatakan non-reaktif.
Salah satu kelebihan pemeriksaan rapid test adalah tes ini cepat dan mudah untuk dilakukan. Rapid test hanya membutuhkan waktu 10-15 menit hingga hasil keluar.
Kekurangannya, hasil dari tes ini tidak bisa digunakan untuk mendiagnosis Covid-19. Pasien yang reaktif pada rapid test harus mengikuti pemeriksaan lanjutan yaitu swab. Sementara itu pasien yang non reaktif, idealnya mengulang rapid test 7-10 hari kemudian. Jika tidak memungkinkan untuk mengulang, maka harus tetap isolasi di rumah selama 14 hari.
Mengapa?.
Hal ini karena IgG dan IgM, antibodi yang diperiksa, tidak langsung terbentuk begitu seseorang terinfeksi. Dibutuhkan waktu kurang lebih 7 hari hingga antibodi tersebut terbentuk dalam tubuh. Jadi, apabila seseorang menjalani pemeriksaan rapid test hari ini padahal baru terpapar virus corona kemarin, maka kemungkinan besar hasilnya akan non reaktif/negatif. Inilah yang dinamakan dengan false negative atau negatif palsu.
Begitupun saat hasil rapid test-nya positif atau reaktif, bisa saja ternyata false positive atau positif palsu. Sebab, IgG dan IgM akan terbentuk setiap infeksi terjadi dan bukan hanya akibat infeksi Covid-19. Jadi, jika rapid test menunjukkan hasil positif, kemungkinannya ada dua, yaitu benar terinfeksi Covid-19 atau terinfeksi virus lain, seperti demam berdarah.
Maka dari itu, hasil rapid test reaktif belum tentu menunjukkan seseorang positif Covid-19. Begitu juga sebaliknya, hasil rapid test non-reaktif belum tentu juga menunjukkan seseorang pasti negatif virus corona.
Hasil rapid test tidak serta merta dapat dijadikan diagnosis Covid-19. Orang dengan hasil rapid test reaktif masih perlu menjalani pemeriksaan lanjutan, yaitu pemeriksaan swab.
Pemeriksaan swab
Berbeda dengan rapid test, pemeriksaan swab digunakan untuk mendiagnosis apakah seseorang terinfeksi Covid-19. Pemeriksaan swab menggunakan sampel lendir yang diambil dari dalam hidung maupun tenggorokan. Hal ini karena virus corona akan menempel di hidung atau tenggorokan bagian dalam saat ia masuk ke tubuh.
Tes Swab. Foto dari lifestyle.bisnis.com |
Sampel lendir yang diambil dengan metode swab nantinya diperiksa menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Penjelasan singkatnya, PCR adalah pemeriksaan untuk mencocokkan antara sampel dengan susunan DNA atau RNA dari virus SARS-COV2 (penyebab Covid-19) yang sebelumnya sudah ada. Jika ternyata cocok, maka DNA yang ada di sampel tersebut adalah benar DNA SARS COV-2. Artinya, orang tersebut positif terinfeksi Covid-19. Sebaliknya, jika ternyata tidak cocok, tandanya orang tersebut negatif terinfeksi Covid-19. Hasil akhir dari pemeriksaan ini, nantinya akan memperlihatkan apabila ada virus SARS-COV2 di tubuh seseorang.
Pengambilan spesimen lendir menggunakan swab dan pemeriksaan menggunakan PCR merupakan metode yang paling akurat dalam mendeteksi virus SARS-COV2. Namun, pemeriksaan ini membutuhkan waktu yang lebih lama dan lebih rumit. Pemeriksaan sampel pun hanya bisa dilakukan di laboratorium dengan kelengkapan khusus. Sehingga, kapasitas pemeriksaan tidak terlalu besar. Oleh karena itu, butuh waktu beberapa hari hingga hasil tes bisa keluar.
Sekarang sudah banyak alternatif bagi kita yang ingin melakukan tes Covid, baik rapid test maupun pemeriksaan swab. Kita bisa cek tempat covid test terdekat melalui Halodoc. Selain itu, bagi warga Jabodetabek dapat membuat janji tes Covid melalui Halodoc.
Halodoc adalah aplikasi kesehatan memiliki fitur-fitur yang memduahkan masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan seperti: chat dengan dokter, beli obat, artikel kesehatan, reminder untuk minum obat, dll. Dengan Halodoc, sehat jadi lebih mudah.
0 Comments