Sambutan Pak Indra Rizon dari Kemenkes RI |
Hari Selasa kemarin aku ikut acara dari Kementerian Kesehatan tentang "Cermat Menggunakan Obat". Banyak banget ilmu baru yang aku dapet dari acara kemarin. Tulisan kali ini aku bagi jadi 2 part ya, karena terlalu panjang kalau ditulis semua di 1 artikel. Semoga bermanfaat...
Sehat, sakit dan obat adalah tiga hal yang berbeda, namun
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Persamaan dari ketiganya yaitu:
sama-sama dekat dengan kehidupan kita.
Kita semua pasti ingin sehat, tapi tak
dapat dipungkiri kita pasti juga pernah sakit. Ketika sakit, tak jarang kita
membutuhkan obat supaya sembuh dan sehat kembali.
Salah Kaprah Tentang Menggunakan Obat
Sayangnya, masih banyak salah kaprah tentang obat, terutama
penggunaan obat, yang beredar di masyarakat kita. Misalnya,
- Obat generik dianggap sebagai obat kelas dua.
Harga obat generik memang lebih murah. Karena hal tersebut, masyarakat justru salah kaprah menganggap obat generik memiliki kualitas rendah dan tidak terjamin khasiatnya. Masyarakat lebih percaya akan sembuh jika menggunakan obat paten, yang memiliki harga lebih mahal.
Padahal, baik obat generik maupun obat paten sebenarnya memiliki kandungan yang sama. Yang membedakan antara obat generik dan obat paten adalah namanya saja. Nama obat generik yaitu berdasarkan kandungan di dalamnya, sedangkan nama obat paten sesuai merk paten. Misalnya parasetamol, yang biasa digunakan untuk menurunkan panas. Nama pada obat generik ya "Parasetamol", sedangkan nama pada obat paten yang mengandung parasetamol bisa "Bodrex", "Panadol", "Paramex", dll.
Kenapa harga obat generik murah?. Karena obat generik tidak perlu biaya untuk paten, promosi, dll. Begitu. Harga murah nggak berkorelasi dengan kandungan ataupun khasiatnya ya.
- Membaca Resep.
Misalnya ketika dokter meresepkan obat/antibiotik untuk diminum 3 kali sehari, tidak jarang masyarakat beranggapan obat tersebut diminum saat pagi, siang dan malam hari.
Padahal maksudnya obat tersebut untuk diminum setiap 8 jam. Jadi jika kita minum obat pada pukul 5 pagi hari, kita baru minum obat kedua pada pukul 13 siang, lalu obat ketiga pada pukul 21 malam.
Begitu juga jika resep obat 1 kali sehari berarti untuk diminum setiap 24 jam, 2 kali sehari berarti untuk setiap 12 jam.
- Sedikit sedikit minum obat/antibiotik
Merasa tidak enak badan sedikit, minum obat. Batuk, minum obat.
Pilek, minum obat. Diare, minum obat. Padahal, batuk, pilek, diare sebenarnya bukanlah penyakit, melainkan gejala penyakit.
Cerdas Menggunakan Obat
Daripada terjebak dalam salah kaprah yang membahayakan
kesehatan kita, mending mulai sekarang kita cerdas dalam menggunakan obat. Nggak perlu takut menggunakan obat, kita hanya perlu menambahkan sedikit perhatian pada 5 hal berikut ini:
Saat memilih obat, kita perlu memperhatikan hal-hal seperti:
- Kandungan zat berkhasiat, bukan semata karena merek dagang
obat
- Riwayat alergi atau sensitif terhadap obat
- Kondisi hamil atau berencana hamil. Beberapa obat dapat
mempengaruhi janin dan bahkan menyebabkan cacat pada bayi. Jadi jangan sampai
salah pilih ya ibu-ibu, harus teliti.
- Kondisi menyusui. Beberapa obat dapat masuk dalam ASI dan
menimbulkan efek buruk pada bayi
- Harga eceran tertinggi (HET) obat. Yang lebih mahal memang
belum tentu lebih baik. Tapi ketika kita menemukan obat dengan harga murah yang
nggak wajar, sepertinya kita perlu lebih waspada.
- Bentuk sediaan. Pilihlah yang paling sesuai untuk
digunakan dengan baik dan benar.
- Kondisi sedang menggunakan obat lain. Mengonsumsi lebih
dari 1 obat di saat bersamaan bisa menimbulkan "interaksi" antara
obat satu dengan yang lain. Tanyakan pada apoteker atau dokter supaya tidak ada
efek samping berbahaya.
Obat dibagi menjadi 3 kategori, ada Obat Bebas, Obat Bebas
Terbatas, dan Obat Keras.
Obat Bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter.
Obat Bebas Terbatas adalah obat keras yang dapat dibeli
tanpa resep dokter, namun penggunaannya harus memperhatikan aturan pakai dan
peringatan pada kemasan.
Obat Keras adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan
resep dokter.
Untuk obat bebas dan obat bebas terbatas, dapat diperoleh di
apotek atau toko obat berizin. Sebelum membeli, perhatikan hal-hal berikut ini:
- Pastikan kemasan obat dalam kondisi baik dan utuh
- Kelengkapan informasi pada kemasan
- Tanggal kadaluwarsa (expired date) obat
- Nomor registrasi
Untuk obat keras dapat diperoleh di apotek atau di fasilitas
pelayanan kesehatan berdasarkan resep dokter
- Kelengkapan informasi pada etiket: nama pasien, tanggal
dan aturan pakai
- Tanggal kadaluwarsa
3. Cara Menggunakan
Obat
- Baca aturan pakai sebelum menggunakan obat
- Gunakan obat sesuai aturan pakai:
Dosis. Misal: gunakan sendok takar yang tersedia
Rentang waktu. Misal antibiotik 3x1, artinya diminum setiap
8 jam
Lama penggunaan obat. Misal: antibiotik digunakan 3-5 hari
- Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas tidak digunakan secara
terus-menerus. Jika sakit berlanjut, segera hubungi dokter (wih, udah kayak
iklan obat itu ya).
- Hentikan penggunaan obat apabila timbul efek yang tidak
diinginkan. Segera ke fasilitas pelayanan kesehatan
- Tidak menggunakan obat orang lain meski gejala sakitnya
sama
- Tanyakan ke apoteker untuk mendapatkan informasi
penggunaan obat yang lebih lengkap
4. Cara Menyimpan Obat di Rumah
Secara khusus:
- Tablet dan kapsul tidak disimpan di tempat panas atau
lembab
- Obat sirup tidak disimpan dalam lemari pendingin
- Obat untuk vagina (ovula) dan anus (suppositoria) disimpan
di lemari pendingin (bukan pada bagian freezer) agar tidak meleleh pada suhu
ruangan
- Obat bentuk aerosol/spray tidak disimpan di tempat bersuhu
tinggi, karena dapat meledak
- Insulin yang belum digunakan dapat disimpan di lemari
pendingin. Setelah digunakan, insulin disimpan di suhu ruangan
Secara umum:
- Tidak melepas etiket pada wadah obat, karena tercantum
nama, cara penggunaan, dan informasi penting lainnya
- Perhatikan dan ikuti aturan penyimpanan pada kemasan
- Letakkan obat jauh dari jangkauan anak
- Simpan obat dalam kemasan asli dan wadah tertutup rapat
- Tidak menyimpan obat di dalam mobil dalam jangka lama
karena suhu tidak stabil dalam mobil dapat merusak obat
- Perhatikan tanda-tanda kerusakan obat dalam penyimpanan.
Misal: perubahan warna, bau, penggunaan
- Pisahkan isi obat dari kemasan
- Lepaskan etiket dan tutup dari wadah/botol/tube
- Buang kemasan obat (dus/blister/strip/bungkus lain)
setelah dirobek atau digunting
- Buang isi obat sirup ke saluran pembuangan air setelah
diencerkan. Hancurkan botolnya dan buang di tempat sampah.
- Buang obat tablet atau kapsul di tempat sampah setelah
dihancurkan
- Gunting tube salep/krim terlebih dahulu dan buang secara
terpisah dari tutupnya di tempat sampah.
- Buang jarum insulin setelah dirusak dan dalam keadaan
tutup terpasang kembali.
Antibiotik
Seperti aku bilang di atas, antibiotik adalah obat untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi, tidak bisa mematikan virus atau jamur. Jika kita sering minum antibiotik tanpa resep dokter, hal ini justru bisa membuat yang namanya bakteri resisten. Apa itu?
Bakteri resisten berarti bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik yang pada awalnya efektif untuk pengobatan infeksi akibat bakteri tersebut (WHO-2015). Selain resistensi, ada juga efek samping antibiotik yang perlu kita waspadai:
- Toksisitas
Penggunaan antibiotik membuat terjadinya endapan zat-zat di organ tubuh seperti ginjal dan hati. Menggunakan antibiotik secara terus-menerus atau dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan ginjal, hati, dan organ tubuh lainnya.
- Interaksi dengan obat lain
Penggunaan antibiotik bersamaan dengan obat lain dapat mempengaruhi atau justru dipengaruhi oleh efek obat lain tersebut.
- Reaksi Hipersensitivitas
- Gangguan Kehamilan/Janin
Hati-hati bagi ibu hamil saat mengonsumsi antibiotik. Pastikan konsultasi terlebih dahulu kepada dokter agar tidak berefek pada janin yang dikandung.
Untuk menghindari resistensi dan efek samping antibiotik di atas, kita bisa menggunakan antibiotik secara bijak. Caranya:
- Gunakan antibiotik hanya untuk infeksi bakteri
- Tidak membeli antibiotik sendiri (tanpa resep dokter)
- Tidak menyimpan antibiotik (untuk jangka lama/sekedar untuk berjaga-jaga)
- Tidak memberi antibiotik sisa kepada orang lain
Kesimpulannya:Apabila sakit infeksi, pastikan penyebabnya apakah bakteri atau virus.Apabila sakit infeksi bakteri, pastikan mendapat antibiotik yang tepat dan benarAda beberapa penyakit dan operasi minor yang tidak memerlukan antibiotikAntibiotik menyebabkan bakteri resisten, morbiditas, mortalitas, lama rawat inap, biaya meningkatAntibiotik harus dibeli dengan resep dokter, hindari swamedikasi menggunakan antibiotik
Bersambung....
Part II akan membahas tentang hasil cek kesehatan, konsultasi kesehatan, kolesterol tinggi, dll
Sumber: materi Temu Blogger Kesehatan bersama Kementerian Kesehatan "Cermat Menggunakan Obat". Yogyakarta, 21 November 2017.
4 Comments
Sekarang jadi tau kalau dari awal kita tidak boleh asal-asalan dalam menggunakan obat. walaupun secara umum aku sangat menghindari pemakaian obattanpa resep dokter mbak
ReplyDeleteiya mbak, bisa berdampak bahaya
DeleteWah, lengkap sekali postingannya. Suka saya bacanya...
ReplyDeleteSaya tim minum obat pagi, siang dan malam by the way. Hihi. Ternyata salah, ya? hihi. Makasih pencerahannya mbak, sekarang saya mau bener-bener serius perhatiin obat yang saya dan keluarga konsumsi.
Terima kasih infonya mbak, lengkap banget penjelasannya. Pilihan tepat Kemenkes mengajak temu blogger sehingga bisa diteruskan ke masyarakat melalui tulisannya.
ReplyDelete