Tulisan ini adalah dokumentasi saat
Temu Inspiratif Pengurus Semangat (TIPS) BEM KM UNY yang dihadiri teman-teman pengurus
BEM dan dibersamai oleh mas Diar Rosdayana (alumni UNY sekaligus pernah menjabat sebagai Kadept Dagri BEM KM UNY 2012). Ada beberapa bagian yang kutambahkan pendapatku sendiri di dalamnya. Tapi semoga tidak mengubah inti materinya ya.
Sedikit Tentang Mahasiswa…
Ketika kita lulus kuliah nanti, apa sih yang biasanya
ditanyakan orang lain ?
“Sekarang kerja di mana ?”
“Sekarang kesibukannya apa ?”
“Sudah menikah belum ?”
“Sudah punya anak belum ?”
Tidak ada yang bertanya “IPKnya berapa ?”, “Nilai bahasa
inggrisnya berapa ?”, dll. Akademis seolah tidak penting lagi. Yang penting
adalah setelah itu kamu bisa apa. Apalagi pandangan masyarakat pada mahasiswa
itu bahwa mahasiswa adalah orang yang apa-apa bisa. Bisa membetulkan TV, bisa
memperbaiki atap rumah, bisa mengetik, dll. Masyarakat nggak mau tau dari
jurusan apa kamu, yang mereka tau adalah kamu seorang mahasiswa dan kamu bisa
segalanya. Wuih, ngalahin Dewa dong. Hehe.
Mahasiswa dengan anak kuliah itu beda. Apa bedanya ?
Kalau anak kuliah itu yaa dia di kampus hanya kuliah saja. Sedangkan
kalau mahasiswa, dia di kampus untuk beraktivitas, tidak sekedar kuliah. Bisa berorganisasi,
bisa juga bekerja. Karena masa kuliah itu kan sebuah kesempatan untuk
memperbesar peluang, bukan satu-satunya peluang. Kenapa tidak kita bekerja
sambil kuliah ?. Lugu sekali jika jawabannya : takut kuliahnya terganggu.
Bicara tentang Mahasiswa, ada sebuah cerita nih.
Jadi, mahasiswa itu dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
mahasiswa dengan nilai A (ada banyak nilai A dalam KHSnya), mahasiswa dengan
nilai B, dan mahasiswa dengan nilai C. Nilai D tidak usah dibahas ya karena
kalau dapat D kan sudah pasti tidak lulus.
Mahasiswa dengan nilai A adalah mereka yang study oriented. Rajin
berangkat kuliah, rajin belajar, rajin mengerjakan tugas, tidak pernah
melampaui deadline, bahkan belum dikasih tugas oleh dosen saja sudah
mengumpulkan *lhoh. Biasanya setelah lulus kuliah, si A ini akan menjadi akademisi
karena kepandaian dan ketelatenannya.
Kelompok kedua, yaitu mahasiswa dengan nilai B, yaitu mereka
yang aktivis. Aktivis itu bukannya tidak pandai, tapi karena kesibukan ini-itu, sering meninggalkan kuliah, tidak terlalu konsen ke kuliah
sehingga mendapat nilai B. Biasanya setelah lulus, si B ini akan menjadi
praktisi karena keaktifan dan banyaknya pengalaman yang dia peroleh selama di
kampus.
Terakhir, yakni mahasiswa dengan nilai C, yaitu mereka yang
tidak aktif di kuliah dan juga tidak aktif di organisasi. Nilainya pas-pasan,
pengalaman juga minim. Setelah lulus, si C inilah yang kelak menjadi anggota
DPR dan menentukan kebijakan bagi si A dan si B. Maka ya wajar saja jika banyak
kebijakan maupun peraturan yang semrawut karena di belakangnya ditokohi oleh si
C ini.
Percaya ?. Hehe, ini hanyalah cerita kok. Tapi, siapa pula yang tau apakah ini bisa jadi kisah nyata atau tidak ?. Coba kita renungkan saja.
Intern Organisasi
1. 1. Niat
(Mas Diar mengubah posisi duduknya) “Jika saya duduk seperti
ini, saya dapat pahala atau tidak ?”.
(Mas Diar berdiri) “Jika saya berdiri seperti ini, saya
dapat pahala atau tidak ?”
“Tergantung mas”, jawab beberapa pengurus.
Berdiri, jika hanya berdiri saja ya tidak berarti apa-apa. Duduk
jika duduk saja ya tidak berarti apa-apa juga. Tapi duduk ataupun berdiri saat
sholat bisa jadi pahala kan. Segala sesuatu itu memang tergantung pada niat
(dan konteksnya)
2. 2. Ikhlas dan Jangan Riya
Jangan deh merasa layak dianggap berjasa. Misalnya
merasa “Kegiatan itu sukses karena saya tuh yang jadi ketua panitianya”, “Acara
itu sukses karena saya yang jadi sie acaranya”, “BEM itu hebat karena saya yang
jadi Ketuanya”. Mending buang jauh-jauh saja perasaan seperti itu supaya tidak
merasa kecewa saat posisi itu dihilangkan, Syndrom Pasca Kehilangan Kekuasaan
namanya.
Ibarat beton dalam sebuah bangunan. Di suatu
bangunan pasti ada betonnya supaya bangunan tersebut dapat berdiri. Tapi mana
ada beton yang terlihat setelah bangunan tersebut jadi ?. Jika betonnya nampak
atau keluar dari bangunan yang ada beton itu malah akan digergaji karena tidak
enak dilihat. Maka ambillah ilmu Beton tersebut. Tidak diperlihatkan, tapi tetap
menguatkan.
Lalu setelah selesai suatu urusan, tidak
perlu lah disebut-sebut apa jasa kita. Kecuali untuk kepentingan konsultasi sih
tidak apa-apa.
3. 3. Merasa Penting
Menjadi apapun kita, ditempatkan di posisi
apapun kita, percayalah bahwa kita berharga. Misalnya menjadi ketua ataupun sie
perkap, kita pasti punya peranan penting di dalamnya. Bayangkan jika suatu kegiatan
tanpa ada sie perkap, lalu bagaimana keperluan acara-acara tersebut disiapkan
?. Menjadi ketua pun tidak semudah yang kita bayangkan. Jika staf ada
kesulitan, staf bisa mengeluh ke ketua. Jika koordinator/kadept ada kesulitan,
mereka bisa mengeluh ke ketua. Tapi jika ketua yang ada masalah, dia bisa
mengeluh ke siapa ?. selain itu, ketua juga memiliki tanggung jawab yang amat
besar dibanding yang lain.
Walaupun seringnya sih, jika suatu kegiatan
itu sukses, yang dipuji adalah ketuanya. Tapi jika suatu kegiatan itu gagal
maka yang disalahkan adalah orang teknisnya. Jika suatu organisasi itu hebat,
yang disanjung adalah ketuanya. Tapi jika suatu organisasi itu gagal, yang
diremehkan adalah staf-stafnya. Duh, jangan gitu lah ya.
4. 4. Akrab
Masih menerapkan pola komunikasi
robot ?. Misalnya nih, menghubungi kalau lagi ada perlunya aja. SMS isinya
undangan rapat aja. Itu tuh pola komunikasi robot. Nggak enak ya. Beda jika
yang dibangun adalah pola komunikasi yang humanis, tanya kabar misalnya.
Katanya sih, orang itu bisa akrab jika
sudah makan bersama, main bersama dan tidur bersama *lhoh (misalnya waktu rapat
kerja atau upgrading, gitu). Untuk yang satu ini, aku tambahin poin : sholat
bersama. Hehe.
Bisa juga akrab itu dengan saling mengenal,
saling menolong dan saling mendoakan. Dan ketika bertemu, jangan lupa untuk
memberikan perangai yang terbaik. Caranya simple : senyum.
***
Setelah mas Diar selesai menyampaikan materi, TIPS dilanjutkan dengan sharing, baik sharing dengan mas Diar maupun sharing antar pengurus. Saking serunya sharing, senja mulai pudar dan berganti malam (duih, bahasaku). Bersama teman-teman dan kakak-kakak pengurus BEM KM memang selalu berhasil membuat semakin semangat dan semakin terinspirasi. Semangat Menginspirasi !.
"Coba kita lihat suasana di rektorat pada sore ini, romantis ya seperti kita. Setiap organisasi pasti memiliki romantismenya masing-masing" ~ mas Iman.
"Saya tidak bisa tanpa kalian" ~ mas Thoriq.
"Kabinet Indonesia Romantis" ~ mas Erdi.
Dan TIPS sore lalu pun ditutup dengan romantisme ala kita. Hehe.
1 Comments
Lagi blog-walking... Eh... nemu ini... Suka nulis juga ternyata... *jempol
ReplyDeleteKeren-keren tulisannya.. Ada minat nulis buku juga kah?
Oh ya, tukeran link boleh dong... :)