Hari ini patut diabadikan.
Begitulah kesimpulanku ketika pada malam hari akhirnya pulang ke kost. Semua kenangan bertumpuk-tumpuk di kepala. Aku tidak ingin melupakannya.
Dinamic Routing
Berawal dari bangun di pagi hari seperti biasa, yang membedakan adalah pagi ini aku tidak bisa bersantai-santai dulu karena ada mata kuliah praktik yang dimulai pukul 7. Apalagi aku belum selesai mengerjakan tugas pertemuan pertama terdahulu. Maklum, tugasnya tentang routing / networking, aku kurang lihai bermain-main dengannya. Minggu lalu juga aku pindah kelas praktik, ikut teman-teman F1. Berangkat kuliah pun sedikit dipenuhi oleh rasa panik. Aku harus minta diajarin !.
Sampai di kampus, wajah-wajah tengil menyambutku dengan gokil seperti biasanya. Pak Dosen juga ternyata belum datang. Yang membuat aku melongo adalah
Wahyu : “Mbek, kemarin kamu ikut kelasnya F1 kan ? Kemarin materinya apa ?”
Aku : “Dinamic Routing, kenapa ?”
Wahyu : “Ajarin Mbek”
Aku : “Hah ? Emang kemarin kalian dapet materi apa ?”
Wahyu : “Static Routing”
Duaarrr.. Ternyata materi kelas F1 sudah selangkah lebih maju daripada F2. Jadilah malah teman-teman yang tanya ke aku. Hidup itu untebakable ya ?
Pak Dosen datang. Dan ternyata tepat, materi F2 untuk minggu ini sama persis dengan materi F1 minggu lalu yang aku ikuti. Akupun bertanya pada Pak Dosen :
Aku : “Pak, kemarin kan saya ikut kelas sebelah dan sudah mengerjakan materi ini. Sekarang saya mengerjakan apa ya Pak ?”
Pak Dosen : “O sudah mengerjakan yang ini ? Ya sudah sekarang ngobrol-ngobrol saja sama temannya”
Aku : (dalam hati “haaah”) “Kalau mengerjakan tugas pertama saja boleh Pak ?”
Pak Dosen : “Ah, nggak usah. Sekarang kamu free saja”
Ngekkk…
Jam Kosong
Terlihat Pak Djoko, dosen mata kuliah Metodologi Pembelajaran berjalan menuju ke kelas kami.
"Wah, tanda-tanda bakal kosong ni", kata Sobur.
Benarlah, Pak Djoko menghampiri kelas kami untuk memberitahukan bahwa kelas beliau nanti kosong karena beliau ada penataran (maklum, beliau adalah kaprodi Teknik Elektronika) dan memberikan kertas presensi serta kertas materi untuk kami pelajari. Dududu, bakal selo ni untuk beberapa jam ke depan.
Pukul 9 kami telah selesai praktikum. Pukul 12 nanti kami sekelas telah mengagendakan untuk Futsal bareng, baik cowok maupun cewek. Waktu 3 jam untuk menunggu cukup lama, bukan ? Ada yang makan, ngobrol di taman media, kumpul di perpus, dan tak lupa… foto-foto…. Syalalaa ~
Futsal at Lapangan RRI
Futsaaal di lapangan RRI. Anak-anak cowok main dari jam 12 sampai jam 13. Anak-anak cewek (dijadwalin) main dari jam 13 sampai jam 14. Ngeliat cowok futsal ? Udah biasa kali ya. Ngeliat cewek-cewek futsal ? Haha, ngakak. Awal masuk lapangan kita malah foto-foto dulu. Sampai yang cowok bilang, “Lah ini mau main futsal apa sesi foto e ?”. Piss lah mas bro.
Oke, mari kita main. Ada 10 cewek yang main : Ipeh, Annis, Rahma, Rifa, Fiani vs Disma, Akhi, Romafit, Mifta, Hilma (awalnya Budi, terus di menit-menit terakhir digantiin sama Hilma). Ngerubungin bola, tubruk-tubrukan, bolanya kena temen, bolanya kesrimpet rok, gemes karena hampir gol dan serentetan hal lain lah yang terjadi saat kami futsal. Hasil akhirnya : 3-2 apa ya kalo nggak salah ? Yang menang Rifa dkk dan Akhi yang jadi top scorer nya. Aku ? Aku ? Haha, jangan dibahas.
Selow motion at Alun-alun Kidul
Pulang futsal, di antara badan yang pegel-pegel, Ayong sama Hilzon ngajak ke Altar (yang kemudian jadinya malah ke Alkid) buat ngerjain tugas slowmotion nya mereka. Hayuk, sekalian bantuin sekalian refresh juga. Jadilah kita ber-4 (ditambah Budi) meluncur ke Alkid.
"Ngapain sih jauh-jauh take video ke Alkid ?" tanyaku pada Ayong dan Hilzon.
"Nyari yang ada bubble-bubble dari sabun" jawab mereka
"Oooh gitu. Emang konsep nya mau gimana ?" aku tanya lagi
"Nggak tau, yang penting ada bubblenya"
Gubrakkk.
Menit-menit awal Aku, Ayong, Hilzon masih semangat keliling Alkid, beli bubble, ngeliatin anak kecil lari-lari, ada yang lagi jogging juga, ada pasangan kekasih yang nyoba mecahin mitos “menyentuh 2 pohon di Alkid sambil ditutup matanya”, dll. Budi nggak ikut, dia cuma duduk di pinggir jalan sambil jagain motor. Menit demi menit berlalu dan konsepnya belum nemu juga. Hoaaem, aku yang nggak telaten inipun memilih bergabung bersama Budi saja.
Dari tempat Aku dan Budi duduk, kami dapat melihat Ayong dan Hilzon yang kini membeli layangan dan bermain dengannya. Tiba-tiba Budi nyeletuk, “Main uno yuk, Mbek”. Hihi. “Ayok”. Jadilah kita semacam orang selo nan geje yang bermain Uno di pinggir jalan Alkid. Aku menang, Budi menang, Budi menang lagi, gantian aku yang menang, begitu seterusnya. Sekitar pukul 17 Ayong dan Hilzon mendekati kami, sepertinya mereka sudah berhasil mengambil beberapa video. Akhirnya kita berempat jadi main uno sambil makan bakso bakar dan tahu gejrot. Haha.
Pukul 18 kita pulang dari alkid, mampir dulu ke masjid buat sholat maghrib, dan mendarat ke “ibunya” Hilzon buat makan kremesan penyet. Kita udah sedikit paham sistem kerja di sana yang pesenannya dianter agak lama karena emang rame. Jadilah kita nunggu sambil…. main UNO !. Ngekk banget kan.
"…dan jika kami bersama nyalakan tanda bahaya…" ~ lagunya SID
Selalu ada banyak cerita kalo lagi sama teman-teman. Sayang, Fatonah nggak bisa ikut tadi. Berarti besok-besok perlu diagendain lagi nih biar komplit. Hehe.
"My level of maturity depends on who I am with." ~ @9gag
Yogyakarta, 25 September 2013
0 Comments