Berawal dari hal sederhana yang aku rasakan pagi ini, dan
tergerak tangan ini untuk menuliskannya. Paling tidak, aku tulis dan aku simpan
dalam blog agar suatu saat nanti aku akan ingat saat membacanya kembali.
***
Pagi ini ada salah satu mata kuliah yang kosong. Aku dan
teman-teman punya ritual yang menjadi tradisi saat ada kuliah yang kosong atau
saat kita senggang, yaitu : Makan Bareng. Yap, entah itu pagi hari untuk
sarapan atau saat siang untuk makan siang, akan kita sempatkan untuk makan
bersama. Rasa makanan sepertinya bertambah lezat 7 kali lipat saat kita
menyantapnya diselingi obrolan akrab dengan kawan-kawan tercinta. Menu sarapan
kali ini adalah Soto. Soto favorit kami ada di dekat kampus, di dekat kost Aya.
Kami pun pergi ke sana dengan berjalan bersama-sama. Aku memesan seporsi soto rembang,
2 potong tempe mendoan, dan segelas teh hangat. Hmmm, enak lho. Hehe.
Lalu ? Sebenarnya bukan kelezatan soto itu yang ingin aku
pamerkan. Jadi, saat makan soto tadi, tak lupa aku menambahkan jeruk nipis (yang
diperas), sambal, dan kecap. Beberapa lembar tissue juga aku gunakan untuk
membersihkan meja dan tangan yang terkena kuah soto. Tapi saat aku membayar ke
bapak penjual, aku hanya menyebutkan menu yang aku pesan tadi. Pak penjual pun
tidak menanyakan berapa sendok sambal yang aku ambil, berapa milliliter kecap
yang aku tambahkan, berapa buah jeruk nipis yang aku peras, atau berapa lembar
tissue yang aku pakai. Nah, ternyata itu bonus, gratis, dan merupakan fasilitas
yang sudah disiapkan oleh Bapak penjual untuk kami para pembeli. Baik hati
sekali ya.
Lagi-lagi berawal dari sederhana yang aku pikirkan itu, aku
pun lantas memikirkan hal lain. Bisa jadikah hidup ini mengambil makna dari hal
“sepele” seperti hal di atas ?. Tujuan
awalku pergi ke warung soto tadi yaitu untuk makan Soto, eh di sana aku dapat
bonus macam-macam. Lalu selama ini aku kuliah, aku ikut organisasi, aku
belajar, aku hidup itu sebenarnya apa yang menjadi tujuan utamaku ? Untuk
sukseskah ? untuk eksis kah ? untuk bekal di dunia kerja kah ? untuk
membahagiakan orang tuakah ? atau apa ?. Rasanya tertampar. Teringat salah satu
ayat di Al-Qur’an, “Dan tidaklah aku ciptakan
jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat : 56).
Tolong ingatkan aku saat aku lupa. Tolong luruskan aku saat aku mulai berbelok.
Aku hidup untuk beribadah kepada Allah. Saat aku menjadi
sukses, maka itu adalah bonus.
Aku kuliah untuk beribadah kepada Allah. Saat IPK ku tinggi, saat aku menjadi pandai, saat aku lulus Cumlaude, maka itu adalah
bonus.
Aku ikut organisasi untuk beribadah kepada Allah. Saat aku mendapat amanah, saat aku mendapat perbaikan kapasitas, saat aku mempunyai
banyak relasi, maka itu adalah bonus.
0 Comments